Jumat, 01 Maret 2013



1 MARET 2013

Tribun pekanbaru

Dukungan Luar Negri akan Berkurang

‘’Untuk Dana Penanggulangan AIDS
‘’Pemerintah Diminta Pakai APBD

PEKANBARU,TRIBUN-Komisi penanggulangan AIDS (KPA) nasional mendorong pemerintah kota agar lebih berani menangani msalah HIV/AIDS secara mandiri. Terutama dalam hal pendanaan.Apalagi,beberapa tahun terakhir, dana penanggulangan HIV \AIDS yang bersumber dari luar negri  semakin berkurang.

Hal ini di tekankan sekertaris KPAN, kemal siregar ketika menggelar pertemuan dengan pemko pekanbaru,Kamis (28/2). Menurut dia, tahun 2014 nanti, semestinya 70 persen dana penanggulangan HIV/AIDS sudah berasal dari sumber-sumber secara domestik. Terutama dari Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
Saat ini, kebanyakan daerah di indonesia masih tergantung pada dana internasional dalam menanggulangi penyakit menular itu.
Sementara, peran APBD masih sekitar 40 persen.
‘’Kondisi ini juga terjadi di pekanbaru yang mana sekitar 60 persen dari dana untuk mengatasi HIV/AIDS masi dari luar negri

Tahun 2014,bantuan internasional itu akan semakin berkurang. Karna itu daerah harus siap dengan berkurang nya dukungan luar negri tersebut. Di antara nya dengan memperkuat penerapan peraturan mendagri nomor 20 tahun 2007 tentang pedoman umum pembentukan KPA dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS di daerah.
Dalam regulasi itu,pemerintah ditekan manpu menangani HIV/AIDS dengan APBD.’’karna itu lewat kunjungan ini di harap ada masukan dari pemko berapa besar dana dari APBD yang bisa di pakai untuk penanggulangan penyakit tersebut’’, papar Kemal.

Di jelaskan dia,dalam ranah pemerintahan,saat ini sudah ada otonomoi daerah.Artinya, jika ada masalah kesehatan, maka masing-masing pemerintah daerah mestinya mampu memahami dan mengatasi secara mandiri.Khusus HIV/AIDS, KPA daerah yang mesti aktif menangani.
Untuk menangani masalah tersebut, KPA daerah yang mesti aktif menangani.
Untuk menangani masalah tersebut, KPA tentu nya membutuhkan stimulan dana. Apalagi, jumlah penderita HIV/AIDS yang berhasil terpantau cendrung meningkat terus.
Peningkatan jumlah HIV/AIDS itu di pengaruhi juga ole besar nya pengungkapan ole KPA. Dimana kalau dulu baru lima persen penderita HIV/AIDS yang bisa terungkap. Sekarang jumlah nya bisa mencapai 50 persen.

Menurut kemal, saat ini riau termasuk daerah prioritas atau tergolong epidemi HIV/AIDS-nya tinggi. Bahkan ,termasuk peringkat 10 besar di indonesia.sementara,di provinsi Riau , kota pekanbarulah yang menempati urutan pertama.
Meski demikian, secara nasional tahun 2012 lalu kota pekanbaru termasuk menjadi daerah yang mendapat penghargaan dalam penanggulangan masalah HIV/AIDS.

Sementara itu, Wakil Wali kota Pekanbaru, Ayat Cahyadi menegaskan,pertemuan dengan KPAN bertujuan untuk menyamakan persepsi semua pihak terkait penanggulangan HIV/AIDS. Karna itu, dalam pertemuan itu, dilibatkan pula perwakilan dari ksantor kementrian agama,rumah sakit, lembaga pemasarakatan, kantor imigrasi dan lembaga swadaya masarakat.
Pemko juga meminta KPAN memberi masukan kepada Mendagri akan pentingnya pembiayaan lebih dari APBD untuk mengatasi HIV/AIDS. Jika aturan sudah singkron dan ada penegasan dari Mendagri ke Gubernur dan Walikota, Pemko pada pronsipnya siap menyediakan anggaran lebih besar.

Menurut dia, penangulangan HIV/AIDS sangat penting. Karena hal ini berkaitan erat dengan kepemimpinan dimasa akan datang. Pasalnya, dari data yang ada, orang – orang yang terinfeksi HIV/AIDS itu banyak yang masih di usia produtif.
Hingga tahun 2012, penderita HIV di Pekanbaru banyak berusia antara 25 – 49 tahun. Jumlahnya mencapai 308 kasus. Diikiuti penduduk di usia 20 – 24 tahun dengan jumlah 70 kasus. Selanjutnya usia dibawah 4 tahun ada 16 kasus, usia 5 – 14 tahun ada 6 kasus, usia 15 – 19 tahun ada 8 kasus. Sementara usia diatas 50 tahun ada 9 kasus. “ jumlah ini adalah akumulasi kasus yang ditangani sejak tahun 2000 lalu, “kata Ayat.

Kasus HIV ditahun 2012 memang mengalami penurunan dibanding tahun 2011. Dimana tahun lalu kasus HIV hanya ada 94 kasus. Sementara ditahun 2011 ada 124 kasus. Hal sebaliknya terjadi pada kasus AIDS. Tahun 2012 lalu jumlah nya mencapai 74 kasus. Sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2011 yang jumlahnya mencapai 63 kasus.

Ayat mengakui tahun ini dana untuk penanggulangan HIV AIDS menurun. Yaitu hanya berkisar Rp. 200.000.000,- dibandingkan tahun 2009 dan 2010 jumlahnya lebih kecil. “ kalau tahun 2009 dan 2010 jumlahnya mencapai Rp. 250.000.000,- tuturnya.”

Meski dana terbatas, Wawako berharap seluruh masyarakat yang tergolong beresiko produktif memriksa kondisi dirinya. Diantaranya dengan rutin mendatangi Voluntary  Counseling Test  (VCT).  Ia meminta agar jangan malu memeriksakan kesehatan karena hal itu dilakukan demi masa depan yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar