Selasa, 14 Mei 2013

Singkong/Ubi



SINGKONG / UBI
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

A.  Asal Usul Singkong/Ubi
Singkong sering disebut-sebut sebagai bahan makanan ndesa atau berasal dari kampung. Meski saat ini beraneka ragam usaha makanan yang berbahan dasar singkong mulai menjamur, namun rata-rata usaha tersebut masih bermotivasi untuk “mengangkat derajat” singkong supaya lebih bergengsi. Artinya, singkong masih dianggap sebagai bahan makanan rendahan.

Di mata pemerintah dan masyarakat, singkong pun dianggap sebagai bahan makanan lokal yang perlu digalakkan sebagai bahan makanan pokok alternatif. Istilah bahan makanan lokal juga perlu dicermati, sebab tanaman singkong ternyata bukan berasal dari Indonesia.

Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada masa prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok penduduk asli Amerika Selatan bagian utara, selatan Mesoamerika, dan Karibia sebelum Columbus datang ke Benua Amerika. Ketika bangsa Spanyol menaklukan daerah-daerah itu, budidaya tanaman singkong pun dilanjutkan oleh kolonial Portugis dan Spanyol.
Di Indonesia, singkong dari Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16.
 Selanjutnya singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810.
Kini, saat sejarah tersebut terabaikan, singkong menjadi bahan makanan yang merakyat dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

sumber: wartabantul.com

Singkong ternyata cepat mengalami kerusakan meskipun disimpan di lemari pendingin, kenapa? Karena, singkong mengandung asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Hal itu ditandai dengan keluanya bercak biru tua pada singkong.
Singkong juga merupakan sumber energi yang kaya akan karbohidrat, tetapi sangat miskin protein. Tetapi, sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin. Singkong juga mengandung banyak gizi, yaitu karbohidrat, protein, kalsium, fosfor, kalori, air, besi, lemak, vitamin B1, dan vitamin C.
Daun singkong juga dapat dijadikan obat,
diantaranya penyakit aterosklerosis (timbunan lemak di dinding pembuluh darah). Daun singkong juga mengandung cuprofilin yang dapat menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, lipida serum darah secara nyata. Klorofil pada daun singkong juga memiliki daya antioksidan dan antikanker.

B.  Kandungan Zat Singkong/Ubi

Daun singkong juga dikenal dengan nama daun ubi kayu atau daun ketela pohon. Daun singkong pun dikenal di berbagai daerah diantaranya dengan nama daun sampeu (Sunda), godong bodin (Jawa), daun keutila (Aceh). Daun singkong memiliki nama latin yaitu Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin., dalam bahasa inggris dikenal dengan nama cassava leaves.

Daun singkong memiliki ciri-ciri berdaun besar, menjari dengan lima hingga sembilan belahan lembar daun, bertangkai panjang. Daunnya menjari dengan beberapa variasi bentuk yaitu panjang, elips dan melebar yang bergantung pada jenis varietasnya. Daun muda untuk semua varietas berwarna hijau kemerahan sedangkan warna daun tua berwarna hijau.
Daun singkong biasa dibuat sebagai masakan sayur dengan kuah santan atau dimakan setelah direbus. Daun singkong memiliki dua varietas, yaitu varietas manis dan pahit.
Varietas manis mengandung asam sianida lebih sedikit dari varietas pahit sehingga daun singkong muda dari varietas manis umum digunakan.
Komposisi kimia daun singkong/100 g bagian yang dapat dimakan mengandung beragam zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh diantaranya:
Karbohidrat 7.1 g
Protein 6.2 g
Lemak 1.1 g
Serat 2.4 g
Abu 1.2 g
Kalsium 166 mg
Fosfor 99 mg
Besi 1.3 g
Karoten total 7052 µg
Vitamin A 0 SI
Vitamin B1 004 mg
Vitamin C 130.0 mg
Air 84.4 g

Daun singkong kaya akan protein dengan daya cerna 70-80% (tergantung varietas). Selain kandungan metionin, lisin dan mungkin isoleusin yang rendah, kualitas protein daun singkong tidak kalah dengan susu, keju, kedelai, ikan dan telur. Selain itu daun singkong juga kaya protein, karoten, vitamins B1, B2, dan C, serta mineral.

Senyawa antinutrisi yang membatasi penggunaan daun singkong adalah kandungan hidrogen sianida (HCN), tannin dan asam fitat. HCN dalam jumlah lebih dari 1 mg/kg bb per hari dapat menimbulkan gangguan kesehatan. HCN terbentuk dari senyawa glikosida sianogenik singkong yaitu linamarin dan lotaustralin.  Tetapi proses pengolahan dapat mengurangi kadar HCN yang terbentuk, seperti kombinasi pemotongan dan pengeringan dapat mengurangi tingkat HCN hingga level yang tidak berbahaya. Oleh karena itu proses pengolahan sangat penting untuk mengurangi bahaya HCN.
Klorofil pada daun singkong memiliki efek hipokolesterolemia pada percobaan dengan tikus. Daun singkong memiliki efek farmakologis sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan menambah nafsu makan. Isolat protein pada daun singkong memiliki kemampuan mencegah antiagregasi platelet sehingga berpotensi mencegah penyempitan pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung.
Sumber: http://www.sehatcommunity.com/2012/10/kandungan-dan-manfaat-daun-singkong.html#ixzz2GOytJ56t
C.  Kandungan Daun Singkong/Ubi

Mungkin untuk mereka yang tidak suka akan sayuran, daun singkong ini rasanya pahit dan tidak enak. Namun taukah anda bahwa ada banyak sekali nutrisi penting yang terkandung di dalam  daun singkong?  Memang tidak banyak yang tahu bahwa daun singkong ini kaya akan kandungan vitamin, asam amino essensial, vitamin, dan juga protein yang amat baik bagi tubuh kita.

Protein nabati juga diketahui banyak terkandung di dalam daun ini dan berguna untuk dijadikan unsur yang bisa membangun sel tubuh dan menjadi sistem komponen pembentuk enzim. Selain itu, asam amino yang terkandung di dalamnya juga berguna sebagai pengubah karbohidrat menjadi energi. Asam amino di dalam hijau daun ini juga bermanfaat untuk pemulihan luka yang ada di kulit, membantu regenerasi sel rubuh yang rusak, meningkatkan daya ingat, menguatkan tulang, dan juga membantu sistem metabolism di dalam tubuh. Kemudian kandungan klorofil yang terdapat di daun singkong ini berguna sebagai anti-kanker serta zat antioksidan.




D.  Manfaat Daun Singkong/Ubi

Karena kandungannya yang cukup lengkap nilai nutrisinya, tidak bisa disangkat bahwa manfaat daun singkong sangat besar. Kesehatan kita bisa ditunjang dengan asupan makanan yang penuh gizi seperti halnya daun ini. Selain kandungan vitamin dan mineral yang penting bagi tubuh, sayuran ini juga memiliki kandungan kalori yang sangat rendah, sehingga cocok sekali jika dijadikan salah satu menu bagi seseorang yang sedang menjalani program diet menurunkan berat badan. Untuk mereka yang merasa susah buang air besar, daun singkong ini sanggup mengatasi sembeli serta melancarkan sistem pencernaan tubuh kita karena kandungan seratnya yang cukup tinggi.

Selain dijadikan sebagai sebuah makanan yang sehat, daun singkong ini juga berkhasiat untuk dijadikan berbagai obat herbal yang bisa langsung kita minum dari air perasannya. Caranya pun juga amat mudah, cukup dengan merebus daun singkong ini dan kita ambil airnya untuk dicampurkan dengan air kapur sirih ataupun jahe. Ramuan ini secara tradisional dipercaya mampu untuk mengatasi masalah sakit kepala, gejala rematik, penyakit flu, luka bernanah, diare, dan juga mempertahankan stamina tubuh kita.

E.  7 Manfaat Singkong/Ubi

Manfaat Singkong - Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Siapa tak kenal singkong? Tanaman ‘rakyat’ ini bisa dikatakan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Bukan hanya umbinya yang memiliki rasa yang khas, namun daun singkong pun bisa disulap menjadi sayuran yang sangat nikmat.

Sebagai penganan, manfaat singkong sangatlah banyak, umbi singkong diminati hampir di semua wilayah di Tanah Air. Umbi singkong juga dikenal sebagai makanan pokok di daerah tertentu. Di beberapa daerah, singkong (Manihot utilissima) dikenal dengan berbagai nama, seperti ubi kayee (Aceh), kasapen (Sunda), tela pohong (Jawa), tela belada (Madura), lame kayu (Makassar), pangala (Papua), dan lain-lain.



Manfaat singkong bagi kesehatan :
  1. Obat Rematik
    Untuk mengobati rematik, pengobatan dengan singkong bisa dari dalam maupun luar. Pada pemakaian luar, gunakan daun singkong lima lembar ditambah 15 gram jahe. Lalu aduk dan oleskan pada tubuh. Untuk pengobatan dari dalam, gunakan 100 gram batang singkong, serai, garam, jahe 15 gram. Semua bahan tersebut direbus dengan 1000cc air hingga menjadi 400 cc, saring. Minum sebanyak 200cc sekali dalam sehari. Lakukan selama dua hari.
  2. Obat Demam
    Rebus 60 gram batang singkong dan 300 gram daun singkong dengan 800 cc air. Biarkan rebusan menyusut sampai 400 cc, saring dan minum. Untuk hasil maksimal, harus meminumnya dua kali sehari.
  3. Obat Luka
    Singkong juga dapat digunakan untuk mengobati luka yang telah memasuki tahap infeksi. Caranya: Tumbuk batang singkong yang masih segar, lalu boreh di daerah yang luka. Boleh juga dibalut lagi dengan perban. Untuk luka yang disebabkan oleh benda panas, singkong dapat diparut dan diperas. Kemudian olesi di daerah luka. Lakukan hingga luka mengering.
  4. Obat Diare
    Untuk mengobati diare atau sakit perut, coba deh gunakan daun singkong. Caranya dengan merebus tujuh lembar daun singkong, dengan 800 cc air, biarkan hingga menyusut 400 cc, saring dan minum.
  5. Obat Sakit Kepala
    Minum obat sakit kepala terlalu banyak juga tidak baik untuk kesehatan. Oleh karena itu, sebaiknya coba cara alami dengan menumbuk daun singkong sampai halus, lalu menaruhnya di atas kepala untuk kompres.
  6. Obat Beri-beri
    Beruntung bagi mereka yang gemar menyantap daun singkong, karena akan terhindar dari penyakit ini. Namun, bagi yang sudah terkena penyakit beri-beri, harus mengonsumsi 200 gram daun singkong rebus seperti sayuran segar.
  7. Dapat Meningkatkan Stamina
    Untuk meningkatkan stamina, campurkan 100 gram singkong, 5 butir angco (sejenis kurma Tiongkok), dan air. Untuk menghindari rasa pahit, tambahkan sedikit madu.

Mungkin itulah beberapa manfaat dari singkong. sebenarnya masih banyak lagi manfaat singkong mungkin akan kita bahas pada artikel berikutnya.


Singkong atau yang biasa di kenal sebagai ubi kayu merupakan sumber makanan kedua yang paling  banyak di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Singkong juga merupakan bahan baku industri yang paling di cari dan di minati. Selain karena cara menanam singkong sangat mudah, juga karena bisa tumbuh di mana saja. Meski cara menanam singkong sangat mudah, tapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal di perlukan sedikit kerja keras. Berikut ini adalah langkah-langkah cara menanam singkong dengan hasil maksimal.

F.  Cara Bertanam Singkong/Ubi

Cara bertanam singkong adalah cara budidaya paling mudah. Tapi jika ingin mendapatkan hasil panen singkong yang maksimal maka di perlukan sedikit kerja keras. Cara bertanam singkong untuk mendapatkan hasil maksimal adalah sebagai berikut :

1. Persiapan lahanSebelum di tanam lahan harus di gemburkan terlebih dahulu. Caranya adalah dengan dicangkul dan di buat gundukan. Gundukan tanah sebaiknya di isikan didalam tanah gundukan dengan sampah dari daun-daun kering atau rumput atau batang padi yang sudah dipanen. Daun-daun kering ini pada saatnya nanti akan berfungsi sebagai humus atau tambahan pupuk yang dapat menyuburkan tanah. Selain itu tambahkan juga pupuk kandang yang sudah 5 ton/ha atau secukupnya. Untuk menghindari kemungkinan banjir atau terendam air, buatlah jalur aliran air di antara gundukan.
2. Persiapan Bibit
Bibit singkong yang di perlukan untuk menanam singkong seluas 1 ha dengan jarak tanam 100 cm x 100 cm, diperlukan bibit sebanyak kurang lebih 9000 batang.  Batang yang baik berdiameter 2-3 cm. Pemotongan batang stek dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau sabit yang tajam dan steril. Jangan memakai gergaji untuk memotongnya karena gesekan gergaji akan menimbulkan panas yang akan merusak bagian pangkal dari batang. Potongan batang untuk setek yang baik adala 3-4 ruas mata atau 15-20 cm. Bagian bawah dari batang stek dipotong miring dengan maksud untuk menambah dan memperluas daerah perakaran. 4. Penanaman bibit singkong
3. Penanaman
Waktu penanaman yang baik dilakukan pada awal musim kering atau kemarau singkong dapat di penen awal musim hujan. Teknik cara menanamnya juga harus di perhatikan, yaitu bahwa saat akan menanamkan batang singkong terlebih dahulu lihat mata tunasnya. Arah mata tunas harus selalu mengarah keatas. Jangan sampai terbalik.
4. Perawatan dan pemeliharaan
Pemeliharaan dan perawatan tanaman singkong adalah yang paling mudah diatara semua tanaman budidaya lain. Setelah tumbuh mata tunas, jaga agar disekitaran tanaman tidak tetap bersih dan tidak di tumbuhi rumput. Lakukan penyiraman secara teratur agar kebutuhan air terpenuhi dan juga berpi pupuk yang tepat untuk meningkatkan bobot buah.
5. Pemupukan
Tanaman singkong sebenarnya tidak harus di pupuk. Besar kecilnya buah tergantung pada kegemburan tanah. Meski begitu jika anda ingin mendapatkan hasil panen yang berbobot, sebaiknya lakukan pemupukan minimal 2 kali sepanjang masa hidup tanaman. Waktu pemupukan sebaiknya adalah:
  • Empat hari setelah waktu tanam. Kegiatan ini biasanya memerlukan pupuk NPK sebanyak 200 kg/ha
  • Setelah tanaman berumur 3 bulan. Pupuk yang digunakan masih tetap NPK dengan jumlag 300 kg/ha.
6. Pemanenan
Panen singkong dapat di lakukan setelah tanaman berusia sekitar 9 hingga 10 bulan tergantung kegunaanya. Untuk konsumsi sendiri sebaiknya di panen antara 8-9 bulan. Tetapi jika untuk keperluan industri terutama jika ingin di ambil tepung/patinya sebaiknya di panen setelah mencapai usia 10 bulan.
Cara pemanenan dilakukan dengan membuat atau memangkas batang ubi kayu terlebih dahulu dengan tetap meninggalkan batang sekitar 15 cm untuk mempermudah pencabutan. Batang dicabut dengan tangan atau alat pengungkit dari batang kayu atau linggis. Hindari pemakaian cangkul, karena permukaannya yang lebar terkadang dapat menyebabkan buah umbi singkong terluka.
7. Penyimpanan
Daya simpan singkong sangat rendah, yaitu hanya bisa mencapai 3 hari jika umbi dalam keadaan utuh. Tapi jika umbi sudah terpotong atau tergores maka daya simpannya tidak akan lebih dari 1 hari sebelum terjadi perombakan kalori dan mengandung kadar HCN yang tinggi. Kadar HCN yang tinggi dapat diketahui dari warna umbi singkong yang berubah menjadi kebiruan. kadar HCN yang tinggi akan mempengaruhi kualitas tepung/pati serta rasa singkong itu sendiri.

G.   Nilai Ekonomis Singkong/Ubi
Singkong atau ubi kayu banyak tumbuh dan ditanam para petani. karena mudahnya hidup dan berbuah tanpa banyak perawatan khusus. buahnya juga enak dimakan serta dapat dibuat berbagai macam kue.
Nah buat apa sajakah singkong saat dulu dan kini?

1. Daun singkong. pada jaman dulu bisa untuk pakan ternak, seperti kambing atau kerbau atau babi. Namun perlu hati-hati karena jika daunnya sudah layu atau bagaimana bisa menyebabkan hewan yang memakannya mati atau keracunan. juga untuk disayur buat lauk makanan. Saat ini daun singkong dengan adanya rumah makan padang, banyak dijadikan sayur utama mereka. Pernah dengar cerita di daerah Subang, Jawa barat. hanya berjualan daun singkong sampai bermobil-mobil dikirim ke daerah sekitarnya, coba jika satu kilonya Rp 500,00 dan satu mobil= 20.000 kg. sudah Rp 2000.000,00.
2. Umbi singkong, ubi kayu, ketela pohon. Pada jaman dulu mungkin banyak dijadikan gaplek yakni dikupas, diiris dan dijemur. untuk kemudian dibuat masakan seperti gatot, sewol, dan lainnya. Selain itu juga banyak aneka kue basah maupun yang digoreng dari singkong untuk keperluan ketika ada hajatan keluarga. Kini singkong bisa diolah menjadi kue kering seperti lanting. dan bisa diproduksi secara massal.
Di daerah seperti jawa barat dibuat peyem, atau tape, dan  keripik singkong. yang kesemuanya mempunyai nilai jual yang cukup lumayan untuk dijadikan bisnis anda.

H.  Menguntungkankah Menanam Singkong/Ubi
Para petani singkong kita rata-rata mengeluarkan modal kerja sekitar Rp 500.000,- per hektar per musim tanam. Setelah 9 bulan sampai 1 tahun, mereka akan panen sekitar 10 ton singkong segar. Kalau di saat panen harga singkong jatuh hingga tinggal Rp 100,- per kg, petani  masih akan memperoleh pemasukan sebesar Rp 1.000.000,- Keuntungan mereka sebesar 100% dari modal kerja dalam kurun waktu 1 tahun. Sebuah prosentase keuntungan yang cukup baik kalau suku bunga pinjaman komersial paling tinggi 20% per tahun. Sentra singkong terbesar di Indonesia ada di provinsi Lampung. Rata-rata kepemilikan petani singkong di Lampung seluas 2 hektar per orang. Berarti pendapatan bersih mereka per tahun dari singkong adalah Rp 1.000.000,- atau per bulan Rp 83,33. Pendapatan mereka dari singkong memang sangat besar prosentasenya, namun secara nominal petani singkong tidak akan dapat hidup dari komoditas tersebut. Itulah sebabnya mereka lebih mengandalkan pendapatan dari pisang, kelapa, melinjo dan lain-lain komoditas tanaman keras di sela-sela areal singkong. Biasanya mereka juga beternak unggas dan ternak ruminansia.
Pada tahun 70an, almarhum Westernberg dari Medan mampu menghasilkan  sampai 80 ton singkong segar dari satu hektar lahannya. Rahasianya, dia memberikan input pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) separo dari hasil singkong segar yang diharapkan. Jadi untuk memperoleh 80 ton singkong segar tersebut, Westernberg memberi lahannya sebanyak 40 ton pupuk kandang. Kalau satu truk besar mampu mengangkut 5 ton pupuk kandang, maka untuk tiap hektar lahannya, Westernberg memasukkan sampai 8 truk pupuk. Kalau nilai pupuk kandang atau kompos buatan sendiri itu Rp 75,- per kg, maka diperlukan modal Rp 3.000.000,- untuk keperluan tersebut. Aplikasi urea, SP dan KCL (atau dengan NPK) sekitar Rp 1.000.000,- Tenaga kerja, bibit dan lain-lain bisa mencapai angka Rp 1.000.000,- Total modal yang dikeluarkan oleh Westernberg Rp 5.000.000,- Dengan hasil panen sebesar 8 ton dan harga tetap Rp 100,- per kg, maka pendapatan kotornya Rp 8.000.000,- Pendapatan bersihnya hanya Rp 3.000.000,- atau sebesar 60% dari modal kerja.
Pendapatan Westenberg secara prosentase jauh lebih kecil dibanding dengan pendapatan para petani tradisional di Lampung. Yakni hanya tigaperlimanya. Tetapi secara nominal, pendapatan dari tiap hektar lahannya menjadi enam kali lipat dari pendapatan para petani tradisional. Angka-angka tersebut sebenarnya menjadi tidak terlalu penting, sebab bagaimana pun menanam singkong tetap menguntungkan secara ekonomis. Lebih-lebih kalau harga singkong segar bisa menjadi Rp 200,- atau Rp 300,- per kg. Yang bisa dicapai oleh Westenberg tersebut sebenarnya termasuk luarbiasa. Sebab standar internasional hasil singkong per hektar per musim tanam hanyalah 50 ton. Tetapi yang bisa dicapai oleh rata-rata petani kita yang hanya 10 ton per hektar per musim tanam juga jauh sekali di bawah standar internasional tersebut. Sebab para petani sama sekali tidak menggunakan aplikasi bahan organik. Padahal singkong adalah jenis tanaman yang terkenal sangat rakus mengambil unsur hara tanah. Karenanya, lahan-lahan yang ditanami singkong secara monokultur secara terus-menerus, hasilnya akan cenderung makin turun. Tanah tersebut juga akan semakin miskin unsur hara.
Para petani tradisional, biasanya juga tahu kalau singkong itu rakus unsur hara. Tetapi mereka hanya memberikan urea yang akan menambah suplai unsur N (Nitrogen). Dosis yang mereka berikan biasanya sekitar 1 sampai 2 kuintal per hektar. Pemberian urea tanpa aplikasi bahan organik ini akan mengubah struktur tanah menjadi semakin liat. Akibatnya, lahan yang secara terus-menerus ditanami singkong bukan hanya akan miskin unsur hara tetapi juga akan mengalami degradasi (kerusakan struktur). Hingga kalau tetap ditanami singkong hasilnya terus menurun, tetapi ditanami komoditas lainnya juga tidak bisa hidup. Karenanya, aplikasi bahan organik menjadi mutlak dalam penanaman singkong. Kalau kita hanya ingin mendapatkan hasil sesuai dengan standar internasional, maka ke dalam tiap hektar lahan cukup dimasukkan 25 ton kompos (lima truk besar). Kalau kompos tersebut dibuat di lahan tersebut, maka akan diperoleh penghematan biaya transpor.

Meskipun sudah diberi aplikasi bahan organik, lahan yang terus-menerus ditanami singkong akan tetap menurun tingkat kesuburannya. Alternatif untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan melakukan rotasi. Komoditas yang selama ini paling cocok untuk dirotasi dengan singkong adalah nanas. Lahan bekas singkong yang ditanami nanas, hasilnya akan meningkat dibanding lahan yang terus-menerus ditanami nanas. Sebaliknya, lahan bekas nanas yang dirotasi dengan singkong, hasil singkongnya pun akan naik lagi. Hingga pola yang dilakukan adalah nanas 2 tahun, singkong 2 tahun. Atau nanas 3 tahun, singkong 3 tahun. Kalau satu tahun-satu tahun, nanasnya rugi. Kalau lebih dari tiga tahun, hasil masing-masing akan mulai menurun. Tetapi kemudian timbul masalah. Agribisnis singkong biasanya dilengkapi dengan unit prosesing menjadi tepung tapioka. Agribisnis nanas disertai dengan unit canning atau pembuatan konsentrat. Dua kegiatan ini sama-sama menghasilkan limbah yang kalau dibiarkan akan menjadi gunung yang mencemari lingkungan dengan bau busuknya. Lebih fatal lagi limbah ini akan meracuni tanah maupun sungai.
Limbah singkong maupun nanas sebenarnya masih memiliki nilai ekonomis. Dua komoditas ini masih mengandung nutrisi yang bisa dimanfaatkan oleh ternak. Kulit dan ampas singkong masih mengandung karbohidrat dan selulosa. Sementara tangkai, kulit dan "hati" nanas mengandung gula dan selulosa. Biasanya limbah nanas ini difermentasi menjadi silase sebelum diberikan pada ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba). Sementara limbah singkongnya dapat diberikan langsung. Bisa juga limbah dua komoditas ini dicampur, difermentasi lalu dikeringkan sebelum diberikan kepada sapi. Karenanya di banyak tempat di dunia, lahan singkong selalu menyatu dengan kebun nanas dan peternakan sapi pedaging. Ini pulalah yang kemudian dilakukan oleh Great Giant Peanaple (GGP), sebuah patungan antara Delmonte dengan Gunung Sewu Group di Lampung Tengah sana. Mula-mula Gunung Sewu menanam singkong. Karena lahannya makin kurus dicarilah komoditas yang bisa merotasinya. Ketemu dengan Delmonte yang kebetulan sedang ingin "membuang" nanasnya dari Hawaii. Limbah nanas dan juga singkong ternyata kemudian bermasalah. Masuklah unit peternakan sapi potong.
Di Indonesia, harapan untuk mencapai standar panen singkong 50 ton per hektar masih sangat jauh. Taruhlah kita standarkan 30 ton per hektar. Karena komoditas umbi-umbian berkadar air sekitar 60%, maka bahan padat kering berupa selulosa dan karbohidrat yang dihasilkan masih ada 12 ton. Dengan standar petani tradisional pun, bahan padat kering yang dihasilkan masih ada 4 ton. Ini masih relatif bagus dibanding dengan jagung yang per musim tanamnya 3 bulan dengan hasil sebesar 4 ton pipilan kering (pertanian modern) atau 1,5 ton pada petani tradisional. Artinya dengan asumsi dua kali panen, maka hasil karbohidrat jagung masih lebih rendah dibanding singkong. Pada pertanian modern, singkong menghasilkan 12 ton bahan padat kering, jagungnya 8 ton. Pada pertanian tradisional singkongnya menghasilkan bahan padat kering 4 ton, jagungnya hanya 3 ton. Menghasilkan karbohidrat dari pertanian singkong masih lebih murah dibanding jagung karena biaya produksinya hanya keluar satu kali. Sementara jagung dua kali. Resiko akibat gangguan alam maupun hama/penyakit pun lebih kecil pada tanaman singkong.
Baik singkong maupun jagung sebenarnya merupakan komoditas pendatang. Dua tanaman ini asli dari kawasan tropis benua Amerika. Dibawa ke kepulauan Nusantara sekitar abad XVII oleh bangsa kulit putih. Sebutan bahwa singkong (gaplek) yang dimasak menjadi tiwul adalah makanan pokok (tradisional) orang Gunung Kidul dan Wonogiri, sebenarnya adalah brain washing yang dilakukan oleh kaum penjajah. Makanan pokok orang Jawa adalah padi. Jawa di jaman Hindu dikenal sebagai penghasil beras kualitas baik yang merupakan komoditas ekspor. Ketika Belanda menguasai Jawa, lahan-lahan subur yang semula merupakan areal penanaman padi, dirampas untuk ditanami tebu, tembakau dan rami.  Untuk menghibur inlander yang kekurangan beras, diperkenalkanlah jagung dan singkong yang bisa dibudidayakan di lahan-lahan marjinal. Agar didapat kesan bahwa singkong itu benar-benar makanan pribumi, maka diciptakanlah mitos melalui pelajaran di bangku sekolah bahwa makanan tradisional orang Gunung Kidul dan Wonogiri adalah tiwul yang terbuat dari gaplek singkong.
Masa depan singkong sebenarnya sangat baik. Selama ini singkong yang diolah menjadi tepung gaplek (casava) adalah sumber karbohidrat dalam industri pakan ternak. Sementara pati singkong (tapioca) adalah  bahan baku High Fructose Syrup (HSF) dan Citric Acid. Di tanahair, pati singkong adalah bahan baku kerupuk, bakso dan pempek Palembang yang pangsa pasarnya terus meningkat. Di masa mendatang singkong berpotensi menjadi salah satu pengganti bahan bakar fosil. Setelah diolah menjadi methanol,  singkong adalah bahan bakar sistem cel yang ramah lingkungan. Methanol yang dikonversi menjadi hidrogen, setelah diberi oksigen akan menghasilkan listrik dengan bahan buangan berupa uap air (H2O). Itu semua masih akan sangat panjang. Namun yang jelas singkong bukannya komoditas murahan yang hanya pantas dijadikan makanan pokok kaum inlander.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar