Hadits tentang Periodisasi Kekuasaan
Artinya: Dari Nu’man bin Basyiir berkata: Suatu saat kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW, dan Basyir adalah orang yang dapat menahan perkataan. Maka datang Abu Tsa’labah Al-Khasyani dan berkata:”Wahai Basyir bin Sad apakah engkau hafal tentang hadits Rasulullah SAW pada masalah kepemimpinan. Berkata Hudzaifah:” Saya hafal ungkapannya. Maka duduklah Abu Tsa’alabah, maka Hudzaifah berkata: Rasulullah SAW bersabda:” Kalian akan mengalami masa kenabian sampai Allah menghendaki kemudian Allah angkat (masa kenabian tersebut) jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan manhaj kenabian sampai Allah menghendaki, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa raja yang menggigit sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa raja diktator sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan manhaj kenabian, kemudian diam” Berkata Habib:”Pada saat Umar bin Abdul Aziz menjadi khilafah dan Yazid bin an-Nu’man bin Basyir adalah teman Umar bin Abdul Aziz. Maka saya tulis kepada hadits ini, mengingatkannya dan aku berkata kepadanya:”Saya berharap Amiril Mu’minin yakni Umar setelah (sebelumnya dikuasai) raja yang menggigit dan raja yang diktator. Saya masukan surat ini padanya, dan ia senang dan merasa kagum (pada hadits ini) (HR Ahmad)
Hadits
ini merupakan informasi kenabian tentang perjalanan sejarah manusia dan
periodisasi kepemimpinan suatu bangsa. Tidak ada informasi yang tepat
dan akurat setelah Al-Qur’an melainkan informasi Hadits dari Nabi
Muhammad SAW. Informasi ini sebagiannya sudah terjadi dan sebagian
kecil-insya Allah- akan terjadi. Dalam hadits tersebut ada 5 periode
perjalanan sejarah umat manusia lebih khusus lagi umat Islam atau umat
yang beriman kepada Allah, yaitu:
- Manusia dipimpin oleh para nabi dan para rasul (masa kenabian)
- Manusia dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin (masa khilafah sesuai dengan pedoman Rasulullah SAW
- Manusia dipimpin oleh raja-raja yang menggigit (masa malik ‘adhon)
- Manusia dipimpin oleh raja-raja ada penguasa yang diktator dan tidak berpedoman pada ajaran Islam.
- Manusia dipimpin kembali oleh sistem khilafah sesuai pedoman yang dibawa nabi Muhammad SAW.
Informasi
yang pertama telah terjadi dan benar adanya, bahwa manusia pada saat
itu dipimpin oleh para nabi dan para rasul, mulai dari nabi Adam as
sampai nabi Muhammad SAW. Pada masa ini para nabi dan para rasul yang
diutus Allah kepada manusia sekaligus berfungsi sebagai pemimpin mereka.
Ketika seorang nabi wafat maka Allah mengutus lagi nabi yang baru yang
akan meluruskan keyakinan dan sikap hidup manusia. Para nabi dan para
rasul memimpin manusia dan membimbing mereka untuk beriman dan beribadah
kepada Allah. Walaupun begitu banyak juga di antara kaumnya yang
mengingkari ajaran nabi-nabi atau rasul-rasul tersebut.
Manusia
yang ingkar dan tidak beriman kepada Allah pada masa nabi-nabi dan
rasul-rasul sebelum nabi Muhammad SAW, biasanya dihancurkan oleh Allah.
Sehingga yang tersisa adalah nabi dan pengikutnya yang beriman. Setelah
nabi tersebut wafat, maka semakin lama jarak wafatnya nabi, semakin
banyak pula yang tersesat dari ajaran Allah yang dibawa nabi tersebut.
Maka Allah pun mengutus nabi baru kemudian membimbing mereka dan
mengajak mereka untuk kembali beriman pada Allah dan beribadah
kepada-Nya. Begitulah seterusnya sampai Allah mengutus nabi dan rasul
terakhir Muhammad SAW.
Masa
kepemimpinan nabi Muhammad SAW selama 23 tiga tahun, yaitu masa beliau
diangkat menjadi rasul dan menjalankan tugas dakwah yang diembannya.
Lebih riil lagi, kepemimpinan Muhammad SAW semenjak beliau hijrah ke
Madinah sampai wafatnya, yaitu selama 13 tahun. Karena di Madinah nabi
Muhammad SAW sudah memiliki kekuatan hukum dan memiliki basis wilayah.
Memang pada masa kepemimpinan Muhammad SAW khususnya di Madinah, pada
saat itu belum ada istilah daulah (negara). Tetapi bagi yang berpikiran
jernih dan memahami sirah rasul SAW bahwa Rasulullah SAW memimpin lebih
dari sebuah negara. Karena di sana Rasulullah SAW memiliki otoritas
menegakkan hukum dan menjatuhkan sangsi bagi yang melanggarnya. Dan
tidak ada institusi yang memiliki wewenang menjalankan hukum,
melaksanakan perang dan menerapkan sangsi kecuali institusi negara.
Wafatnya
Rasulullah SAW. berarti menandakan berakhirnya masa kenabian untuk
kemudian beralih pada masa khilafah sesuai dengan pedoman kenabian
khususnya pedoman Nabi Muhammad SAW. Maka masa kepemimpinan manusia dan
umat Islam berpindah pada Khulafaur Rasyidin (khalifah Rasul SAW yang
mendapat petunjuk), yaitu Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman
bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib. Sebagian ulama dan ahli sejarah
memasukkan masa kepemimpinan Umar bina Abdul Aziz pada masa ini karena
kesamaan sistem yang diikuti Umar bin Abdul Aziz dan keluhuran akhlaq
beliau. Masa ini pun tidak jauh berbeda dengan masa kepemimpinan
Rasulullah SAW, karena masih mengacu pada Rasulullah SAW dan berpegang
erat pada Al-Qur’an dan Sunnah. Masa khilafah sesuai dengan manhaj nabi
berlangsung selama sekitar 40 tahun. Terhitung dari diangkatnya Abu
Bakar menjadi khalifah sampai wafatnya Ali bin Abi Thalib.
Dalam
waktu yang relatif singkat ini Islam sudah menjadi super power yang
memberikan rahmat pada dunia. Kekuasaannya sudah mencapai seluruh
jazirah Arab, Afrika Utara, Sebagian Asia Tengah dan Sebagian Eropa.
Persia dan Romawi dua super power dunia saat sebelum Islam, di masa
Khulafaur Rasyidin sudah jatuh ke pangkuan Islam. Manusia hidup
sejahtera dalam naungan Islam dan mereka berbahagia dalam keindahan
Islam. Kaum yang lemah tidak dizhalimi haknya dan kaum yang miskin
mendapatkan santunan dari negara. Rahmat lil ‘alamin, memang hanya dapat
direalisasikan secara maksimal manakala Islam dan umat Islam memimpin
dan berkuasa. Karena konsep kekuasaan dalam Islam adalah konsep
pelayanan dan Sayidul kaum khodimuhum (pemimpin suatu kaum adalah
pelayan kaum tersebut).
Setelah
Ali bin Abi Thalib wafat masa kekuasaan berpindah ke Muawiyah. Dan
mulai saat itu sistem kekuasaan mengalami distorsi dari ajaran Islam.
Masa ini sesuai dengan hadits Nabi SAW disebut masa malikan ‘adhon (raja
yang menggigit). Pada masa ini sistem hukum yang dipakai masih
bersandar pada Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi sistem pergantian
kepemimpinan berubah dari sistem syura’ menjadi sistem kerajaan yang
diangkat secara turun temurun. Dan pada masa ini juga ada di antara raja
yang zhalim yang menindas rakyatnya, walaupun secara formal mereka
masih berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah. Masa ini sesuai dengan
perjalanan sejarah berlangsung cukup lama, yaitu dari mulai Muawiyah
memimpin yang diteruskan oleh keturunannya dari dinasti Bani Umayyah,
kemudian berpindah ke Bani Abbasiyah dan yang terakhir kekuasaan Turki
Utsmani yang runtuh pada tahun 1924 M. Sehingga masa ini adalah masa
yang cukup lama yaitu dari abad ke 6 sampai abad ke 20, yaitu sekitar 14
abad.
Setelah
keruntuhan khilafah Turki Utsmani masa berpindah dari malikan ‘adhon ke
malikan jabariyan (penguasa diktator). Inilah masa kejatuhan umat Islam
dari semua sisi kehidupan, termasuk sisi politik, karena umat Islam
pada masa ini tertindas oleh penjajahan barat atau timur yang tidak
beriman pada Allah dan menerapkan sistem sekuler yang jauh dari ajaran
Islam. Dunia Islam terpecah belah menjadi negara-negara kecil yang tidak
berpedoman pada Syariat Islam. Sehingga dengan mudahnya bangsa barat
menjajah dan mengendalikan dunia Islam yang sudah terpecah ini demi
kepentingan dan kekuasaan mereka. Malikan Jabariyan dipimpin oleh
penguasa kafir yang sekarang di bawah kekuasaan Amerika Serikat dan
Israel. Hampir seluruh penguasa dunia Islam tunduk dan dikendalikan oleh
Amerika Serikat dan sekutunya.
AS,
Israel dan sekutunya berupaya mempertahankan hegemoni kekuasaannya
dengan menghalalkan segala macam cara. Badan-badan dunia seperti PBB,
IMF, Bank Dunia dll. dikuasainya. Mereka menguasai aset dan kekayaan
dunia Islam dengan berbagai macam dalih. Mereka juga berupaya menguasai
opini dunia dengan mengendalikan media masa. AS benar-benar memposisikan
dirinya sebagai rezim Firaun di abad ini. Walaupun begitu siklus
kehidupan di dunia akan terus berjalan. Dan setiap umat dan bangsa pasti
memiliki masa berakhirnya, begitu juga sebuah kekuasaan. Allah SWT
berfirman yang artinya:
“Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka,
maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka
yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di
antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan
supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah
tidak menyukai orang-orang yang zhalim, dan agar Allah membersihkan
orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang
yang kafir” (QS Ali Imran 139 –141)
Malikan
Jabariyan pasti akan berakhir dan akan beralih pada masa Khilafah ‘ala
Manhajin Nubuwah (Khilafah sesuai pedoman kenabian). Tanda tersebut
sudah semakin dekat, AS, Israel dan sekutunya sudah demikian zhalim dan
brutal terutama terhadap umat Islam. Mereka ibarat bangsa yang sedang
menghadapi sakaratul maut, maka tindakannya kalap dan menghajar siapa
saja yang dianggapnya musuh. Masa penguasa diktator yang dipimpin AS,
Israel dan sekutunya tidak akan berlangsung lama lagi karena di hampir
seluruh dunia Islam sudah mulai marak gerakan Islam yang tidak dapat
dimusnahkan dan dibendung. Dan gerakan Islam tersebut semakin kuat dalam
memperjuangkan kembalinya sistem Islam termasuk dalam dunia politik.
Allah
SWT berfirman yang artinya “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya
(agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap
menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci”. (QS
As-Shaaf 8) Prediksi Rasulullah SAW menunjukkan bahwa masa
kepemimpinan akan kembali ke tangan umat Islam, dan sistem yang dipakai
adalah sistem khilafah sesuai dengan pedoman nabi Muhammad SAW. Inilah
kabar gembira yang juga disebutkan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman
yang artinya:
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik” (QS An-Nuur 55). Wallahu A’lam Bishawaab.
(SCC/Iman Santoso/hdn)
Sumber: dakwatuna.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar